Kamis, 03 Mei 2012

Cepat Dibalas


Seringkali ketika Ibu saya pulang saya dimintanya untuk menjemputnya di depan pintu. Ini karena beliau hampir tidak pernah pulang tanpa membawa buah tangan dan beliau selalu ingin disambut dan dibantu tentunya. Malam itu Ibu saya membawa pulang banyak makanan di dalam dua kardus. Saya selalu memanggilanya dengan sebutan Ummi. “Ummi, banyak sekali kita dapat rezeki hari ini. Tapi ini semua tidak mungkin dihabiskan sekarang. Jika disimpan besok pun akan basi”. Akhirnya kita memutuskan untuk membagikannya kepada tetangga.
Padahal ketika itu, saya ingin sekali kue keju yang sangat banyak tersebut untuk di makan besok. Tapi saya merelakan karena tidak mungkin saya habiskan semua. Ummi yang tahu kesukaan saya, menyisakan beberapa kue tersebut. Lalu yang lainnya dibagikan kepada para tetangga. Ada lagi kado yang beliau bawa dan setelah di buka ternyata isinya mukena. "Mba ini mukena diberikan ke orang lain saja ya. Kita kan masih punya.” pada saat itu saya sebenarnya kurang merelakan, tapi akhirnya mengangguk tanda setuju. Saya padahal ingin mukena tersebut karena warnanya yang saya sukai.
Keesokan harinya ketika waktu dhuha. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Seorang bapak sambil membawa 5 tumpuk box makanan. Saya agak kaget. “Ini dari ibu xxx” kata si Bapak (Disini saya lupa nama Ibu yang sering memberikan nasi box setiap hari Jum'at. yang saya ingat nama restorannya : Rumah Makan Adem Ayem). “Oh, iya terima kasih” belum hilang rasa kaget saya, saya kembali dikejutkan dengan tingkah bapak tersebut yang bolak-balik menurunkan sejumlah box makanan dari mobilnya.
Ummi yang baru saja menyelesaikan sholat Dhuhanya segera menghampiri saya. “Dibantu Nak, taruh ke dalam!”, dalam hati saya bersyukur karna saya belum makan apa-apa dari pagi, Ummi pun belum sempat memasak karena ingin segera pergi berdakwah.
~to be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar