Kamis, 26 April 2012

Halal Certification

Kehalalan Produk-produknya sedang di proses


KHILAFAH ABU BAKAR ASH SHIDDIQ

Nama Dan Keluarganya
  Namanya adalah Abdullah, gelarnya adalah Abu Bakar. Bapaknya bernama Abu Quhafah. Ibunya adalah Ummul Khair, yakni Salma binti Shakhr. Berasal dari Bani Taim, salah satu inti dari suku Quraisy. Dan nasabnya bertemu dengan Nabi saw pada kakeknya yang keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.
Usia Dan Wafatnya
      Beliau dilahirkan dua tahun lebih beberapa bulan sesudah tahun gajah dan wafatnya pada usia 63 tahun, sama seperti usia wafatnya Nabi saw. Bahkan, dia juga wafat pada hari Senin, seperti hari wafatnya Nabi saw. Abu Bakar wafat pada tahun ke 13 Hijriyah, malam Selasa, tanggal 23 Jumadil Akhir. Ia dikubur dirumah Aisyah ra di samping kubur Rasulullah saw.
      Masa Kepemimpinan
        Masa khilafahnya 2 tahun, 3 bulan 3 hari. Pada usia 61 tahun – 63 tahun.
Sifat-Sifatnya Dan Karakter Memimpin
®    Beliau adalah orang yang tak pernah sujud pada berhala sekalipun sebelum masuk Islam.
®    Beliau adalah orang yang tak pernah minum khamr.
®    Beliau adalah orang yang hafal nasab Quraisy.
®    Beliau adalah pedagang yang banyak mengelilingi jazirah Arab.
®    Beliau adalah sahabat dekat Nabi saw, yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj, maka     dijuluki oleh nabi Ash-Shiddiq. 
®    Beliau adalah orang yang lebih memilih jaminan keamanan dari Allah swt dan sangat yakin terhadap janji-Nya.
®    Beliau adalah orang yang sangat mudah menangis apabila mendengar bacaan Al-Qur’an.
®    Beliau adalah orang yang bersikap Wara’, tawadhu dan takwa.
Kontribusinya Terhadap Umat
   Abu Bakar meletakkan lima kaidah di dalam khutbahnya yang mestinya diikuti oleh kaum muslimin:
        a)      Tawadhu (rendah hati),
        b)      Membantu jika berada di atas kebenaran,
        c)      Meluruskan jika berada di atas kebatilan,
        d)     Menolong orang yang terdzalimi meskipun lemah, dan menghukum orang dzalim meskipun kuat.
        e)      Berjihad di jalan Allah adalah jalan menuju kemuliaan ummat.
      Proses Terpilihnya
   Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin mengadakan pertemuan di Saqifah Bani Sa’ida. Mereka membicarakan siapakah sepatutnya yang menggantikan Rasulullah saw dalam memimpin kaum Muslimin dan mengurusi persoalan ummat. Setelah diskusi, pembahasan, dan pengajuan sejumlah usulan; tercapailah kesepakatan bulat bahwa Khalifah Rasulullah saw pertama sesudah kematian beliau adalah orang yang pernah menjadi Khalifah (pengganti) Nabi saw dalam mengimani kaum Muslimin pada saat beliau sakit. Itulah Ash Shiddiq - sahabat beliau dan pendamping beliau di dalam gua, Abu Bakar ra.
    Ali ra tidak pernah menantang kesepakatan tersebut. Keterlambatan bai’at Ali kepada Abu Bakar karena urusan yang berkaitan dengan perbedaan pendapat yang terjadi antara Abu Bakar dan Fatimah ra mengenai masalah warisan Fatimah dari Rasulullah saw.
Hal-hal Penting Yang Dilakukan Abu Bakar Selama Menjadi Khalifah
Pertama: Pemberangkatan Pasukan Usamah.
      Setelah resmi menjadi Khalifah, Abu Bakar segera memberangkatkan pasukan Usamah. Pasukan itu tertahan setelah sampai di sebuah tempat dekat Madinah bernama Dzu Khasyab, tempat ketika Usamah mendapatkan berita tentang sakitnya Rasulullah saw. Abu Bakar ra tidak memperdulikan pendapat-pendapat yang mendesak agar pasukan Usamah dibekukan mengingat tersebarluasnya kemurtadan di sebagian barisan. Sebagaimana beliau juga tidak memperdulikan pendapat-pendapat yang menghendaki penggatianUsamah dengan orang lain.
        Abu Bakar Ash Shiddiq ra berangkat mengantarkan pasukan yang  dipimpin Usamah, dengan berjalan kaki. Ketika Usamah bermaksud turun dari kendaraannya agar dinaiki oleh Abu Bakar, ia berkata kepada Usamah: “Demi Allah, engkau tidak perlu turun dan tidak usah naik”. Selanjutnya Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau onta kecuali untuk dimakan.
        Diantara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah,
“jika kalian melewati suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara maka biarkkanlah mereka dan apa yang mereka sembah.”
        Kemudian secara khusus Abu Bakar berkata kepada Usamah,
“jika engkau berkenan kuusulkan agar engkau mengizinkan Umar untuk tinggal bersamaku, sehingga aku dapat meminta pandangannya dalam menghadapi masalah/persoalan kaum Muslimin”.
   Usamah menjawab, “Urusannya terpulang kepadamu”. Kemudian Usamah bergerak bersama pasukannya. Setiap kali melewati suatu kabilah yang para warganya banyak melakukan kemurtadan, Usamah berhasil mengembalikannya lagi (kepada Islam). Orang-orang murtad itu merasa gentar karena mereka yakin seandainya kaum Muslimin tidak dalam posisi yang amat kuat, niscaya mereka tidak akan keluar pada saat sekarang ini dan dengan pasukan seperti ini untuk menghadapi orang-orang Romawi. Sesampainya di negeri (jajahan) Romawi, tempat dimana ayahnya terbunuh, Usamah beserta pasukannya menyerbu mereka hingga Allah memberikan kemenangan. Kemudian mereka kembali dengan membawa kemenangan.1
Kedua: Memberangkatkan pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat. 
         Pasukan ini dibaginya sepuluh panji, masing-masing pemegang panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Sementara itu Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali ra berkeras untuk mencegah seraya berkata:
“wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan Rasulullah saw pada perang Uhud, ‘Sarungkan pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu. Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.
            Kemudian Abu Bakar ra kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain.2
            Allah memberikan dukungan kepada Muslimin dalam pertempuran ini; sehingga berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
Ketiga: Memberangkatkan pasukan Khalid bin Walid ke Iraq, bersama Mutsni bin Haritsah Asy Syaibani yang kemudian berhasil menaklukan banyak negeri dan kembali dengan membawa kemenangan dan barang rampasan.
Keempat: Abu Bakar memberikan gagasan dan memprakarsai memerangi negeri-negeri Romawi. Setelah para sahabat dikumpulkan dan dimintai pendapat mereka tentang gagasan ini akhirnya mereka menyetujuinya. Lalu Abu Bakar menoleh kearah Ali seraya bertanya; “Bagaimana pendapatmu wahai Abul Hasan?”. Ali ra menjawab, “Aku melihat bahwa engkau senantiasa memperoleh keberkahan, keunggulan dan pertolongan – insya Allah”. Mendengar jawaban ini Abu Bakar ra merasa sangat gembira dan Allah pun melapangkan dadanya untuk melaksanakan gagasan tersebut.
Kemudian Abu Bakar mengumpulkan orang-orang dan menyampaikan khutbah kepada mereka. Dalam khutbahnya ia memobilisir masyarakat untuk berangkat jihad. Beliau juga menulis sejumlah surat pada para gubernurnya, memerintahkan mereka agar hadir. Maka setelah sejumlah komandan berkumpul, Abu Bakar memerintahkan mereka agar berangkat ke Syam pasukan demi pasukan.
                       
            Abu Bakar ra menunjuk Abu Ubaidah ra mengepalai Amir pasukan. Setiap kali seorang Amir berangkat, beliau melepasnya dan memberikan wasiat agar bertaqwa kepada Allah, menjaga persahabatan dengan baik, selalu manjaga shalat berjama’ah pada waktunya. Beliau berpesan agar masing-masing orang memperbaiki dirinya sehingga Allah menjadikan orang lain berbuat baik padanya, menghormati para utusan musuh yang datang kepada mereka, mempersingkat keberadaan para utusan musuh tersebut di tengah-tengah mereka agar tidak mengetahui keadaan dan kondisi pasukan kaum Muslimin.
            Setelah kaum Muslimin berangkat menuju negeri-negeri Romawi dan tiba di Yarmuk, mereka mengirim berita kepada Abu Bakar bahwa pasukan Romawi bejumlah sangat besar. Kemudian Abu Bakar menulis surat kepada Khalid bin  Walid di Iraq, memerintahkan agar berangkat menuju Syam dengan membawa separuh pasukan yang bertugas di Iraq untuk membantu pasukan Abu Ubaidah, dan menunjuk Mutsni bin Haristsah sebagai gantinya untuk memimpin separuh pasukan yang ada di Iraq. Kepada Khalid bin Walid Abu Bakar juga memerintahkan agar memimpin pasukan di Syam setibanya di negeri tersebut.
            Kemudian Khalid bin Walid berangkat dan bergabung dengan kaum Muslimin di Syam. Kepada Abu Ubaidah, Khalid bin Walid menulis surat yang isinya:
“Amma ba’du, Sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar melimpahkan keamanan kepada diriku dan dirimu pada saat menghadapi ketakutan, dan memberikan perlindungan di dunia dari segala keburukan. Baru saja aku menerima surat dari Khalifah Rasulullah SAW. Beliau memerintahkan aku agar bergerak menuju Syam dan memimpin pasukannya. Demi Allah, aku tidak pernah meminta hal tersebut dan aku tidak menginginkannya. Tetaplah engkau pada posisimu sebagaimana sedia kala; kami tidak akan menolak (perintah)mu, tidak akan menentangmu dan tidak akan memutuskan perkara tanpa kehadiran dirimu…”.
            Setelah membaca surat Khalid, Abu Ubaidah berkata; “Semoga Allah melimpahkan keberkahan atas keputasan Khalifah Rasulullah SAW dan mendukung apa yang dilakukan oleh Khalid”.
Sebelumnya Abu Bakar ra telah menulis surat kepada Abu Ubaidah yang isinya menyatakan;
“Amma ba’du! Sesungguhnya aku telah mengangkat Khalid untuk memerangi musuh di Syam. Oleh Karena itu janganlah engkau menentangnya. Dengar dan ta’atilah dia! Wahai saudaraku, sesungguhnya aku mengutusnya kepadamu bukan karena dia lebih baik darimu, tetapi hanya karena aku berkeyakinan bahwa dia memiliki kecerdikan dalam berperang di tempat yang sangat kritis ini. Semoga Allah menghendaki kebaikan bagi kami dan kamu. Wassalam…”.
            Kemudian terjadilah beberapa kali pertempuran sengit antara kaum Muslimin dan orang-orang Romawi yang akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin. Orang-orang Romawi yang berhasil dibunuh tidak terhitung banyaknya, sebagaimana jumlah mereka yang ditawan.
            Ditengah berkecamuknya pertempuran ini Khalid bin Walid mendapat surat yang memberitahukan bahwa Abu Bakar telah wafat dan digantikan oleh Umar ra. Surat itu juga menyatakan pemecatan Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan dan diganti (kembali) oleh Abu Ubaidah. Berita ini oleh Khalid dirahasiakan agar tidak terjadi keguncangan di kalangan barisan kaum Muslimin. Ketika Abu Ubaidah menerima berita tersebut, ia juga merahasiakannya karena pertimbangan yang sama.3.
Wasiatnya Tentang Khilafah Umar
            Menjelang  wafatnya, Abu Bakar meminta pendapat sejumlah sahabat generasi pertama yang tergolong ahli syura. Mereka seluruhnya sepakat untuk mewasiatkan Khilafah sesudahnya kepada Umar bin Khaththab ra.
            Dengan demikian Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali mewasiatkan Khilafah sepeninggalannya kepada orang yang sudah ditunjuk, dan mengangkat Khilafah berdasarkan wasiat tersebut.
            Barangkali ada baiknya kami kemukakan penjelasan tentang rician hal tersebut:
            Ath-Thabari, Ibnu Jauzi dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Abu Bakar ra khawatir kaum Muslimin berselisih pendapat sepeninggal beliau, kemudian tidak memperoleh kata sepakat. Karenanya ia mengajak mereka ketika sakitnya semakin berat agar mencari seorang Khalifah bagi mereka sepeninggalannya. Abu Bakar ingin agar hal tersebut telah tuntas semasa ia masih hidup dan sepengetahuannya.
Kaum Muslimin belum mendapatkan kesepakatan tentang siapa yang akan menggantikan Abu Bakar dalam masa yang singkat tersebut. Kemudian mereka mengembalikan masalah  tersebut kapada Abu Bakar seraya berkata, “Terserah kepada pendapatmu saja”.  
Saat itulah Abu Bakar mulai meminta pedapat dari para tokoh sahabat masing-masing secara terpisah. Ketika Abu Bakar mengetahui kesepakatan mereka tentang kelayakan dan keutamaan Umar ra, ia pun keluar menemui orang banyak seraya memberitahukan bahwa ia telah mengerahkan segenap usaha untuk memilih siapakah yang paling layak dan tepat menggantikannya. Kepada khalayak, Abu Bakar ra meminta agar mereka menunjuk Umar ra sebagai Khalifah sepeninggalannya. Mereka semua menjawab; “Kami dengar dan kami ta’at”.

Atas Dasar Apa Umar ra Menjadi Khalifh?
            Mungkin ada yang menyangka bahwa cara pengangkatan Khalifah tersebut sama dengan pemilihan calon tunggal dan jauh dari syura yang seharusnya dilakukan oleh Ahlul Halli Wal ‘Aqdi  di kalangan kaum Muslimin.

            Jika kita perhatikan secara seksama, sebenarnya hal tersebut didasarkan kepada syura Ahlul Halli Wal ‘Aqdi. Sebab, Abu Bakar tidak meminta kepada mereka agar menunjuk Umar kecuali setelah meminta pendapat para tokoh sahabat yang kemudian secara bulat menyepakati dan merekomendasikan Umar ra. Sekalipun demikian, pengangkatan Abu Bakar terhadap Umar tersebut belum bisa dilaksanakan dan dikukuhkan kecuali setelah ia berkhutbah di hadapan para sahabat dan meminta kepada, mereka untuk mendengar dan menta’ati Umar. Lalu mereka semua menjawab; Kami mendengar dan kami ta’at. Juga setelah kaum Muslimin bersepakat sepeninggalnya atas kebenaran tindakan Abu Bakar dan kabsahan proses penggantian (suksesi) tersebut. Demikianlah dalil dari ijma’ (kesepakatan) atas terlaksananya imamah melalui istikhlaf (penunjukkan orang tertentu) dan ‘ahd (wasiat) dengan memperhatikan syarat-syarat yang syar’i dan mu’tabarah.

1Ringkasan dari Al Bidayah wan Nihayah
2Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir di dalam Al Bidayah wan Nihayah, dari hadits Abdullah bin Umar dan Aisyah.            
3Ringkasan dari Thobari, Al Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir, dari Tarikhul Khulafa’, As Suyuti, hal 67.